Catatan Si Kuning
Aku masih tidak tahu apa-apa, sia-sia saja mencari
kehampaan tanpa tangan. Lelah aku dalam penantianku yang tak jua berujung. Banyak yang ingin berlabuh
namun aku tak mau bila sekedar tempat bersandar sementara. Banyak penghibur di
sini layaknnya si merah jambu itu yang tiba-tiba datang menyilaukan dan mencolok
mata. Seperti pahlawan kesiangan yang datang menyelamatkan putri cantik ini.
Dialah merah jambu yang dengan tingkah konyolnya dan akulah si kuning dengan
keceriaan dan tawa di setiap hariku. Semua berlalu begitu saja dan sepertinya
aku mulai ikut dan larut dalam cerita yang seolah dia sekemakan. Kata-katanya , ungkapnya, tingkahnya itu
seolah sudah mengenal lama saja. Tidak ada sekat atau kawat berduri yang
menghalangi. Besok adalah 7 Desember dan aku penasaran siapa yang akan
mengucapkan pertama kali dan siapa pula yang masih ingat hari kelahiranku
besok. Pagi yang membuat setiap mahkluk yang bernafas akan jadi ogah bangun
benar saja, dingin, hujan lebat di luar sana. Ah… Siapa pula ini 7 pesan masuk
dan “selamat ulang tahun” itulah isinya, pesona putri cantik ini tak kan
terlupakan, hehe. Tidak ada si merah jambu itu, iya mana mungkin dia tahu aku
tak pernah memberi tahunya dan akupun tidak pernah menuliskan di medsos manapun
yang aku punya. “tok…tok..tok” siapa pula lagi itu pagi-pagi buta dan hujan
begini sudah menamu. “Ya,,, sebentar”, ku langkahkan kaki dengan malasnya. Sial
tidak ada orang di luar, “eh” bungkusan apa ini didepan pintu mencurigakan-,- .
“Dear si Kuning” ini untukku siapa pula yang dipanggil kuning selain aku, dan lagi siapa pula yang mengirimkan ini
selain si merah jambu-_-!. “Hah” darimana pula dia tahu kalau hari ini ulang
tahunku. Pasti dia ngestalk akunku, menyebalkan, sok sweet banget ini. Dan benar saja kurang kerjaan banget ya dia,
hujan-hujan gini mau-maunya nganterin
kesini. Tapi aku suka, iya cewek mana yang gak suka di kasih hadiah.
“ting,ting” sms dari siapa lagi ini, Mungkinkah? Dia? Yah memang belakangan
sikapnya lebih lebih sering menggodaku dan banyak ngegombal-_-. Aku mulai bingung
menaggapi ini kau bahkan masih belum tahu aku yang sesungguhnya. Terkadang saat
aku tersenyum terselip sejuta makna dalam senyumku itu namun hanya terselip
satu makna saat aku tertawa dan kau memang
lebih banyak membuat tawa itu. Tuhan,,, berikan aku petunjukmu. Mungkin hati
ini memang mulai tersentuh, namun hati belum sepenuhnya sembuh dari luka masa
lalu. Aku butuh waktu lebih lama untuk kembali membuka hati yang rapuh ini.
Sejenak aku terpaku dalam keheningan meninggalkan keramaian dan kehangatan. Aku
lelah aku hanyut dalam kehampaan hari, Aku berkilah dan sembunyi dibalik tirai
ini dari hangatnya mentari dari silaunya si merah jambu itu dan semuanya.
Apa ini,
sebuah surat?
“Dear : Nona Nyebelin
Mungkin saat kau membacanya aku telah pergi jauh
dari sini, yah, aku pergi meninggalkan semua. Satu-satunya yang tak pernah ku
tinggalkan adalah rasaku untukmu. Hasrat untuk ingin bersamamu namun kau hanya
terdiam tak pernah ku tau isi hatimu yang sesungguhnya. Jangan pasang muka
seperti itu, kau tidak cantik kalau sperti itu. Masih banyak bintang yang bisa
kau ajak nangkap ubur-ubur dan makan di krusty krab meski tak sekece bintang
laut yang satu ini. Aku pergi bukan karena aku kalah dan menyerah. Aku pergi
untuk kembali aku akan jadi merpati putih itu, meski bukan kuda putih bersayap
yang kau tunggu-tunggu. Aku akan kembali untuk mempertanyakan cinta yang
tertunda. Always been you.”
Tuhan… apalagi ini???
“Untuk Tuan Yang Sok Sweet
Aku yakin kita sudah bersama dalam waktu yang hampir
mendekati, namun tidak saat ini. Bodoh kenapa kau pergi, apa yang bisa kau
lakukan? Dan kau akan pergi kearah yang berlawanan saat aku mulai dingin dan
membiarkan aku membeku seperti itu? Apa kamu bilang? Paling kece? PD banget
ngomongnya. Selain nyebelin, bodoh, pemalas ternyata kau pun berbakat untuk jadi
kepala besar. Aku tidak berjanji akan menunggumu lama-lama jika kau tak segera
kembali. Mungkin putri cantik ini akan bertemu dengan pangeran berkuda putih
bersayap itu dan kau akan segera menyesali kepergianmu setelah itu. Dan aku
tidak menunggu pertanyaan bodohmu yang akan kau katakana aku menunggu kau
kembali untuk meruntuhkan tembok ini.”
Dan lalu kemana aku harus mengirim ini? Kau bahkan
tidak memberi alamatmu, kenapa juga kau tidak pernah lagi menghubungiku, untuk
sekedar memberikan nomermu yang baru. Kau memang bodoh, bodoh, bodoh!!! Meski
kadang aku merasa ada yang selalu memperhatikanku di balik karang-karang itu,
itu kamu kan?