Selasa, 16 Desember 2014

Catatan Merah Jambu



Coretan Merah Jambu
Termenung dibawah cahaya bintang yang melayang di atas keheningan menunggu purnama yang tak jua datang. Sama seperti si merah jambu ini yang menunggu si kuning yang sedang asyik dengan dunianya. Menunggu dalam ketidakpastian dan kesabaran. Candanya yang tak pernah basi dan berhasil membuat terbahak mendengarnya meski terkadang menyakitkan hati dan menjengkelkan dan meski tak pernah marah dengan itu semua. Senyumnya yang melelehkan, menghanyutkan layaknya banjir bandang. Senyum yang menjadikan lemah tak berdaya senyuman itu pula yang membuatku semakin kuat menghadapi masalah ini. Meski terkadang ketidakpeduliannya membuat merasa seperti kerikil kecil di depannya. Detikpun berganti dan kitapun semakin dekat seperti sepasang merpati yang selalu terbang dan berdahan bersama. Dan terkadang seperti Tom n jerry yang saling menjengkelkan namun tetap tegar berdiri walau terkadang saling menyakiti. Dan terkadang seperti Patrick dan Spongebob yang selalu bersama menangkap ubur-ubur. Si Patrick star merah jambu yang selalu bersedia menunggu untuk si kuning Spons kembali entah dari mana. Dialah si kotak ceria yang tetap sabar menghadapi kebodohan si bintang yang tiada ujungnya. Indah memang jalan yang kita lalui ini perbedaan yang membuktikan kalau kita saling melengkapi, persamaan yang menyatakan kalau kita ini tak jauh beda. Rasa yang perlahan mulai tumbuh lebih dari pertemanan, perhatian yang perlahan mulai menjadi hati. Si merah jambu yang mulai terbakar melihat si kuning membagi waktunya dengan yang lain. Hati yang mulai resah saat berjauhan. Perasaan yang jadi lebih lembek dan mudah merasa tersakiti dan tidak terpedulikan. Si merah muda yang akhirnya mengakui telah jatuh hati pada si kuning. Dan terkadang si kuning pun memberikan isyarat yang menyamakan. Namun terkadang sikap si kuning yang biasa saja membuat si merah muda jadi dilema. Sampai si kuning berkata kalau dia lelah untuk menunggu lebih lama. Entah itu gurauan atau ungkapan hatinya, yang selalu marah jika dibilang pembohong. 7 Desember akhirnya tekad si merah jambu pun sudah membatu untuk mengungkapkannya. Sekema yang sudah di pikir berulang-ulang, bahan-bahan yang sudah terpilihkan untuk memperkuat strategi dan kemantapan hati yang meninggi. Langit seolah tak mendukung skema si merah muda ini, gumpalan awan itu perlahan jatuh membasahi bumi sejak dini hari. Ujian untuk si merah muda yang akan datang pagi buta untuk mengetuk rumah nanas si kuning yang yang mungkin masih terlelap dan malas bangun karena hujan lebat ini. Benar saja tanpa menghiraukan langit itu dia menerjangnya dan mengetuk rumah nanas itu sembari meletakkan surat dan bingkisan aneh lalu meninggalkannya begitu saja, walau sebenarnya mengintip dibalik karang dan menunggu si kuning mengambilnya. Ya 7 Desember adalah hari kelahiran si kuning kejutan sukses meski si kuning tau kalau itu dari si merah jambu dan menciyekan tindakan si merah jambu yang sampai segitunya. Dan sedikit terungkaplah perasaan si merah jambu namun si kuning terihat bimbang dia mengiyakan saja perasaan si merah jambu namun ada seringai tak pasti di wajahnya. Dengan langkah yang gontai si merah muda pulang dengan hampa dengan perasaan yang tak menentu. Si merah muda pun terkaget melihat ekspresi si kuning yang tak biasa dan lebih banyak diam. Semenjak itu mereka pun lebih banyak diam dan tak seperti biasanya.  Si merah muda pun hanya bisa terdiam dan seolah tidak tau apa-apa. Meski hatinya juga kecewa. “Senyum itu tak lagi untukku, dan bahkan tak untukku, apalah aku ini” bait yang selalu terniang dalam benaknya. Si kuning pun mulai menjauh dan si merah muda pun hanya bisa berdiam di rumah batunya sambil melihat dari kejauhan rumah nanas yang terlihat rapi, indah, kokoh yang bertolak belakang dengan batu yang ditinggalinya. Perlahan ia pun mulai menyadari kalau dia bukan yang terbaik untuk si kuning meski tau kalau dia juga bukan pilihan yang salah untuk si kuning. Namun si merah muda percaya kalau mereka akan bertemu lagi suatu saat nanti. Dan si merah jambu pun memutuskan untuk pergi. Dan berpamitan lewat surat merah jambu yang di jepitkannya didepan rumah si kuning.
“Dear : Nona Nyebelin
Mungkin saat kau membacanya aku telah pergi jauh dari sini, yah, aku pergi meninggalkan semua. Satu-satunya yang tak pernah ku tinggalkan adalah rasaku untukmu. Hasrat untuk ingin bersamamu namun kau hanya terdiam tak pernah ku tau isi hatimu yang sesungguhnya. Jangan pasang muka seperti itu, kau tidak cantik kalau sperti itu. Masih banyak bintang yang bisa kau ajak nangkap ubur-ubur dan makan di krusty krab meski tak sekece bintang laut yang satu ini. Aku pergi bukan karena aku kalah dan menyerah. Aku pergi untuk kembali aku akan jadi merpati putih itu, meski bukan kuda putih bersayap yang kau tunggu-tunggu. Aku akan kembali untuk mempertanyakan cinta yang tertunda. Always been you.”
To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar