Coretan Merah Jambu
Termenung dibawah cahaya bintang yang melayang di
atas keheningan menunggu purnama yang tak jua datang. Sama seperti si merah
jambu ini yang menunggu si kuning yang sedang asyik dengan dunianya. Menunggu
dalam ketidakpastian dan kesabaran. Candanya yang tak pernah basi dan berhasil
membuat terbahak mendengarnya meski terkadang menyakitkan hati dan
menjengkelkan dan meski tak pernah marah dengan itu semua. Senyumnya yang
melelehkan, menghanyutkan layaknya banjir bandang. Senyum yang menjadikan lemah tak
berdaya senyuman itu pula yang membuatku semakin kuat menghadapi masalah ini.
Meski terkadang ketidakpeduliannya membuat merasa seperti kerikil kecil di
depannya. Detikpun berganti dan kitapun semakin dekat seperti sepasang merpati
yang selalu terbang dan berdahan bersama. Dan terkadang seperti Tom n jerry
yang saling menjengkelkan namun tetap tegar berdiri walau terkadang saling
menyakiti. Dan terkadang seperti Patrick dan Spongebob yang selalu bersama
menangkap ubur-ubur. Si Patrick star merah jambu yang selalu bersedia menunggu
untuk si kuning Spons kembali entah dari mana. Dialah si kotak ceria yang tetap
sabar menghadapi kebodohan si bintang yang tiada ujungnya. Indah memang jalan
yang kita lalui ini perbedaan yang membuktikan kalau kita saling melengkapi,
persamaan yang menyatakan kalau kita ini tak jauh beda. Rasa yang perlahan
mulai tumbuh lebih dari pertemanan, perhatian yang perlahan mulai menjadi hati.
Si merah jambu yang mulai terbakar melihat si kuning membagi waktunya dengan
yang lain. Hati yang mulai resah saat berjauhan. Perasaan yang jadi lebih
lembek dan mudah merasa tersakiti dan tidak terpedulikan. Si merah muda yang
akhirnya mengakui telah jatuh hati pada si kuning. Dan terkadang si kuning pun
memberikan isyarat yang menyamakan. Namun terkadang sikap si kuning yang biasa
saja membuat si merah muda jadi dilema. Sampai si kuning berkata kalau dia
lelah untuk menunggu lebih lama. Entah itu gurauan atau ungkapan hatinya, yang
selalu marah jika dibilang pembohong. 7 Desember akhirnya tekad si merah jambu
pun sudah membatu untuk mengungkapkannya. Sekema yang sudah di pikir
berulang-ulang, bahan-bahan yang sudah terpilihkan untuk memperkuat strategi
dan kemantapan hati yang meninggi. Langit seolah tak mendukung skema si merah
muda ini, gumpalan awan itu perlahan jatuh membasahi bumi sejak dini hari.
Ujian untuk si merah muda yang akan datang pagi buta untuk mengetuk rumah nanas
si kuning yang yang mungkin masih terlelap dan malas bangun karena hujan lebat
ini. Benar saja tanpa menghiraukan langit itu dia menerjangnya dan mengetuk
rumah nanas itu sembari meletakkan surat dan bingkisan aneh lalu
meninggalkannya begitu saja, walau sebenarnya mengintip dibalik karang dan
menunggu si kuning mengambilnya. Ya 7 Desember adalah hari kelahiran si kuning
kejutan sukses meski si kuning tau kalau itu dari si merah jambu dan menciyekan
tindakan si merah jambu yang sampai segitunya. Dan sedikit terungkaplah
perasaan si merah jambu namun si kuning terihat bimbang dia mengiyakan saja
perasaan si merah jambu namun ada seringai tak pasti di wajahnya. Dengan
langkah yang gontai si merah muda pulang dengan hampa dengan perasaan yang tak
menentu. Si merah muda pun terkaget melihat ekspresi si kuning yang tak biasa
dan lebih banyak diam. Semenjak itu mereka pun lebih banyak diam dan tak
seperti biasanya. Si merah muda pun
hanya bisa terdiam dan seolah tidak tau apa-apa. Meski hatinya juga kecewa. “Senyum
itu tak lagi untukku, dan bahkan tak untukku, apalah aku ini” bait yang selalu
terniang dalam benaknya. Si kuning pun mulai menjauh dan si merah muda pun
hanya bisa berdiam di rumah batunya sambil melihat dari kejauhan rumah nanas
yang terlihat rapi, indah, kokoh yang bertolak belakang dengan batu yang
ditinggalinya. Perlahan ia pun mulai menyadari kalau dia bukan yang terbaik
untuk si kuning meski tau kalau dia juga bukan pilihan yang salah untuk si
kuning. Namun si merah muda percaya kalau mereka akan bertemu lagi suatu saat
nanti. Dan si merah jambu pun memutuskan untuk pergi. Dan berpamitan lewat
surat merah jambu yang di jepitkannya didepan rumah si kuning.
“Dear : Nona Nyebelin
Mungkin saat kau membacanya aku telah pergi jauh
dari sini, yah, aku pergi meninggalkan semua. Satu-satunya yang tak pernah ku
tinggalkan adalah rasaku untukmu. Hasrat untuk ingin bersamamu namun kau hanya
terdiam tak pernah ku tau isi hatimu yang sesungguhnya. Jangan pasang muka
seperti itu, kau tidak cantik kalau sperti itu. Masih banyak bintang yang bisa
kau ajak nangkap ubur-ubur dan makan di krusty krab meski tak sekece bintang
laut yang satu ini. Aku pergi bukan karena aku kalah dan menyerah. Aku pergi
untuk kembali aku akan jadi merpati putih itu, meski bukan kuda putih bersayap
yang kau tunggu-tunggu. Aku akan kembali untuk mempertanyakan cinta yang
tertunda. Always been you.”
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar