Kamis, 18 Desember 2014

Catatan Si Kuning



Catatan Si Kuning
Aku masih tidak tahu apa-apa, sia-sia saja mencari kehampaan tanpa tangan. Lelah aku dalam penantianku yang  tak jua berujung. Banyak yang ingin berlabuh namun aku tak mau bila sekedar tempat bersandar sementara. Banyak penghibur di sini layaknnya si merah jambu itu yang tiba-tiba datang menyilaukan dan mencolok mata. Seperti pahlawan kesiangan yang datang menyelamatkan putri cantik ini. Dialah merah jambu yang dengan tingkah konyolnya dan akulah si kuning dengan keceriaan dan tawa di setiap hariku. Semua berlalu begitu saja dan sepertinya aku mulai ikut dan larut dalam cerita yang seolah dia sekemakan.  Kata-katanya , ungkapnya, tingkahnya itu seolah sudah mengenal lama saja. Tidak ada sekat atau kawat berduri yang menghalangi. Besok adalah 7 Desember dan aku penasaran siapa yang akan mengucapkan pertama kali dan siapa pula yang masih ingat hari kelahiranku besok. Pagi yang membuat setiap mahkluk yang bernafas akan jadi ogah bangun benar saja, dingin, hujan lebat di luar sana. Ah… Siapa pula ini 7 pesan masuk dan “selamat ulang tahun” itulah isinya, pesona putri cantik ini tak kan terlupakan, hehe. Tidak ada si merah jambu itu, iya mana mungkin dia tahu aku tak pernah memberi tahunya dan akupun tidak pernah menuliskan di medsos manapun yang aku punya. “tok…tok..tok” siapa pula lagi itu pagi-pagi buta dan hujan begini sudah menamu. “Ya,,, sebentar”, ku langkahkan kaki dengan malasnya. Sial tidak ada orang di luar, “eh” bungkusan apa ini didepan pintu mencurigakan-,- . “Dear si Kuning” ini untukku siapa pula yang dipanggil kuning selain aku,  dan lagi siapa pula yang mengirimkan ini selain si merah jambu-_-!. “Hah” darimana pula dia tahu kalau hari ini ulang tahunku. Pasti dia ngestalk akunku, menyebalkan, sok sweet banget ini.  Dan benar saja kurang kerjaan banget ya dia, hujan-hujan gini  mau-maunya nganterin kesini. Tapi aku suka, iya cewek mana yang gak suka di kasih hadiah. “ting,ting” sms dari siapa lagi ini, Mungkinkah? Dia? Yah memang belakangan sikapnya lebih lebih sering menggodaku dan banyak ngegombal-_-. Aku mulai bingung menaggapi ini kau bahkan masih belum tahu aku yang sesungguhnya. Terkadang saat aku tersenyum terselip sejuta makna dalam senyumku itu namun hanya terselip satu makna saat aku tertawa dan  kau memang lebih banyak membuat tawa itu. Tuhan,,, berikan aku petunjukmu. Mungkin hati ini memang mulai tersentuh, namun hati belum sepenuhnya sembuh dari luka masa lalu. Aku butuh waktu lebih lama untuk kembali membuka hati yang rapuh ini. Sejenak aku terpaku dalam keheningan meninggalkan keramaian dan kehangatan. Aku lelah aku hanyut dalam kehampaan hari, Aku berkilah dan sembunyi dibalik tirai ini dari hangatnya mentari dari silaunya si merah jambu itu dan semuanya.
 Apa ini, sebuah surat?
“Dear : Nona Nyebelin
Mungkin saat kau membacanya aku telah pergi jauh dari sini, yah, aku pergi meninggalkan semua. Satu-satunya yang tak pernah ku tinggalkan adalah rasaku untukmu. Hasrat untuk ingin bersamamu namun kau hanya terdiam tak pernah ku tau isi hatimu yang sesungguhnya. Jangan pasang muka seperti itu, kau tidak cantik kalau sperti itu. Masih banyak bintang yang bisa kau ajak nangkap ubur-ubur dan makan di krusty krab meski tak sekece bintang laut yang satu ini. Aku pergi bukan karena aku kalah dan menyerah. Aku pergi untuk kembali aku akan jadi merpati putih itu, meski bukan kuda putih bersayap yang kau tunggu-tunggu. Aku akan kembali untuk mempertanyakan cinta yang tertunda. Always been you.”
  Tuhan… apalagi ini???
“Untuk Tuan Yang Sok Sweet
Aku yakin kita sudah bersama dalam waktu yang hampir mendekati, namun tidak saat ini. Bodoh kenapa kau pergi, apa yang bisa kau lakukan? Dan kau akan pergi kearah yang berlawanan saat aku mulai dingin dan membiarkan aku membeku seperti itu? Apa kamu bilang? Paling kece? PD banget ngomongnya. Selain nyebelin, bodoh, pemalas ternyata kau pun berbakat untuk jadi kepala besar. Aku tidak berjanji akan menunggumu lama-lama jika kau tak segera kembali. Mungkin putri cantik ini akan bertemu dengan pangeran berkuda putih bersayap itu dan kau akan segera menyesali kepergianmu setelah itu. Dan aku tidak menunggu pertanyaan bodohmu yang akan kau katakana aku menunggu kau kembali untuk meruntuhkan tembok  ini.”

Dan lalu kemana aku harus mengirim ini? Kau bahkan tidak memberi alamatmu, kenapa juga kau tidak pernah lagi menghubungiku, untuk sekedar memberikan nomermu yang baru. Kau memang bodoh, bodoh, bodoh!!! Meski kadang aku merasa ada yang selalu memperhatikanku di balik karang-karang itu, itu kamu kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar