Ini masih tentangmu,
tentangku, tentang apa yang aku anggap kita. Tentangmu yang semoga masih
kuning, iya semoga saja dan aku yang masih merah jambu. Tentangmu yang sudah
tak lagi sama dan tentangku yang masih sama. Tentang bintang laut yang ingin bersinar
seperti bintang di atas sana, agar kau mau melihatnya. Tentang plankton yang
masih dan selalu berusaha mencuri sekedar perhatian atau pandanganmu.
Saat aku diam dan
menepi bukan berarti aku menyerah dan pasrah, aku hanya lelah dan butuh meneduh
sejenak. Meski keteduhanku yang nyata adalah melihat senyummu. Aku tidak mau
hypothermia dengan sikapmu yang semakin dingin itu, aku pergi mencari surya
untuk mengembalikan kehangatan itu untukmu. Aku masih ingat kala itu kita
begitu hangat, tenggelam dalam ruang yang seolah kita jaga. Entah, mungkin aku
yang terlalu perasa, mungkin hanya aku yang menjaga “kita” iya aku, dan entah
kamu.
Sepi dan kehilangan senyumku seakan
ketergantungan dengan hadirmu. Aku ingin menjadi rumah tempat kamu selalu
pulang, bukan sekedar parkir sejenak. Meskipun kita tidak pernah saling
menggenggam, meski tidak saling berpandangan namun rasa ini nyata. Hangat,
sehangat martabak manis yang pernah kita beli. Sejuk, dan menenangkan seperti
elegi angin pantai di senja hari. Akupun tahu kau masih abu dan terkadang
dingin dan keras seperti es batu, namun entah di sudut yang lain aku merasa
kita telah dekat, sedekat saat aku memboncengmu -_- tidak, lebih dekat lagi.
Jemari ini akan terus
mencoba menyentuh hatimu yang masih dingin, kaki ini akan selalu kuat dan tegap
melangkah menuju anganmu. Mencoba meyakinkanmu untuk membuka tirai itu, untuk
kau yang masih mengintip dibalik tirai. “kenapa aku?” itu yang selalu kau
katakana dan aku hanya tau untuk menjawab karena beginilah kata hatiku. Mungkinkah
ini cinta? tapi aku tak mau bilang sperti itu terlalu dini , aku tak mau kau
menganggapku pria yang dengan mudahnya berkata cinta pada setiap wanita. Aku
tak seperti itu, aku hanya keras kepala untuk yang benar-benar aku ingini. Iya
dan untukmu pun.
Ya, mungkin memang aku
belum mengenalmu lebih jauh, mumgkin juga masih ada sisi tersembunyi darimu
yang belum sempat atau bahkan tidak ingin kau tunjukkan sekarang. Tapi jika aku
sudah menyukai sisi yang pernah kau tunjukkan maka aku juga akan menyukai sisi
yang mungkin belum kau tunjukkan itu. Aku hanya bisa berkata di dunia yang maya
ini, namun perasaan ini bukan maya,rasaku nyata seprti adanya tulisku.
Kau tahu Na, mbob..,
atau yang harus ku sebut kuning, nona menyebalkan, nona gumiho atau apalah itu
aku ingin aku jadi alasan kamu tersenyum setiap harinya dan kamu adalah
alasanku tersenyum setiap harinya. Meski kau menyebalkan dan entah kau
memperhatikanku atau tidak, aku tidak peduli. Aku hanya tahu untuk mengagumimu,
merindumu, menyukaimu, menstalkmu dalam diam dan dalam tulisku.
Ah,, bagaimana kamu
sudah yakin dengan aku? Atau malah kamu semakin mau muntah dengan
tulisan-tulisanku? Aku ini hanya orang bodoh yang hanya tau menulis gak jelas
dan cenderung lebay tidak, aku bukan orang lebay hanya saja aku ekspersif dan
sok romantis. Namun aku akan menjadi termangu gagu saat didekatmu dan sesekali
bercanda garing untuk mencairkan suasana yang beku itu. Aku memang pandai
berbicara karena pekerjaanku menuntut seperti itu, namun aku tidak pernah
pandai bicara dengan wanita yang diam-diam sudah jadi segala-galanya dalam
kepala, iya kamuuu…. Yang sedang senyum-sendiri itu…
Aku ingin jadi kakakmu
yang melindungimu dan meneduhkanmu meskipun aku tak pernah ingin kamu panggil
kakak karena akupun tak pernah merasa mirip ataupun jadi murid biksu thong
kecuali kau ingin jadi adik ke-2 hahaha. Aku ingin jadi kekasihmu yang akan
berbagi senyuman, tawa, suka, duka bersama meski aku tak akan selalu
disampingmu. Aku akan jadi paluhmu saat kau ingin menangis karena dunia yang menyesakkanmu.
Tanganku akan jadi genggamnmu saat kau merasa lelah dengan bisingnya dunia. Aku
akan jadi sandaranmu untuk mengarungi hiruk pikuknya hidup. Aku tidak akan
membiarkanmu merasa sendiri. Dan aku hanya akan jadi merpati putih itu yang
katanya akan berubah jadi phoenix suatu hari nanti. Dari si Merah Jambu yang selalu mengintipmu di balik batu
dan yang selalu menunggumu di ladang ubur-ubur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar