Selasa, 10 Februari 2015

Malaikat bertopeng

Mungkin begini rasanya
Bernafas dan memandang udara
Aku lelah dengan ini awan
Menipu pandangku tentang masa depan
Bersanding dengan kehampaan tak bertangan
Bergelagat malaikat cemerlang nan rupawan
Sejenak kau ulur angan
Sekejap kau dalam genggaman
Terang lalu remang
Datang lalu hilang
Dan pulang tak bergandeng
Hangat namun beku pada akhirnya
Hangat dan akhirnya mengabu

Minggu, 25 Januari 2015

Faith



Minggu 25 Januari 2015, Senja ini mengiringi tulisan ini. Kelabu yang menghiasi, semburat kuning yang mulai pudar terhalang abu di atas sana. Angin senja yang semakin meneduhkan, rintihan air yang mulai jatuh perlahan mengingatkan akan memori tentangmu. Hilang lenyap perlahan memudar warnamu, entah apa yang telah kulakukan. Apa kau berniat membuatku hypothermia dengan dinginmu itu? Dan akan memumikanku seperti “pharaohmu” terdahulu. Teringat saat terakhir kita beradu sajak.
Ket   K ; Kuning  -  M ; merah jambu
K : Sudahlah kau menyerah saja.
M : Iya saat aku sudah ingin dan DIA yang nyuruh.
K : Bodoh, keras kepala!!!
M : Biarkan kebodohan ini yang meyakinkanmu.
K : Apa yang kau cari dariku?
M : Aku mencari serpihanku dalam dirimu.
K : Kata-katamu itu sama saja dengan mereka pada awalnya.
M : Tidak, aku tidak sama dan tak pernah sama sampai pada akhirnya.
K : Kenapa aku harus percaya?
M : Karena aku adalah aku bukan mereka.
K : Apa yang bisa kau lakukan?
M : Aku bisa membuatmu tertawa.
K : Bangaa?? Cukupkah dengan hanya itu? Aku ingin lebih
M : Aku tidak berjanji akan membawakan semua inginmu, aku akan berusaha melakukannya sampai batasku, tidak , bahkan lebih dari mampuku.
K : Kau mampu? Kau sanggup? Aku tak seindah ungkapmu, mungkin kita sudah dekat, tapi keyakinanku tlah lama redup dengan omong kosong dan pintuku tlah lama menutup dan mengunci.
M : Aku akan melakukannya, menerangkannya dan membukanya, aku tak bisa membantu semua masalhmu tapi aku akan selalu ada didekatmu di saat-saat itu.
K : Mengertilah, aku lelah untuk mendengar, melihat dan percaya ada yang membawaku dari  sini. Entah itu pangeran berkuda putihku, ksatria pemberani, bahkan penjahat yang licik itu. Nyatanya tidak ada yang mampu membawaku, melarikanku, dan menggandengku sampai akhir.
M : Aku yang akan membawamu pulang dan menggandengmu sampai akhir.
K : Jangan membuatku tertawa karenanya. Kau?? Siapa kau? Orang bodoh, pemalas, dan penggoda sepertimu, membawaku? Pulanglah dan menyerah sajalah.
M : Aku akan tetap di sini, aku memang bukan siapa-siapa. Aku hanya orang biasa yang ingin jadi yang luar biasa setidaknya dalam pandangmu itu.
K : : )

            Dan lalu apa? kau hanya meninggalkan senyummu itu, yang selalu terlihat indah dan melelehkan itu. Aku terlalu polos untuk mengerti arti dari senyummu itu. Apa yang kau lakukan di sana? Tak layakkah jika aku hanya ingin sekedar mendengar say hai mu itu. Melihat senyummu itu walau hanya sekedar emot dari ketikan handphonemu. Setidaknya itulah keteduhanku tiap harinya. Dari merah jambu yang masih menunggumu di ladang ubur-ubur.

Senin, 05 Januari 2015

Masih Merah Jambu



Ini masih tentangmu, tentangku, tentang apa yang aku anggap kita. Tentangmu yang semoga masih kuning, iya semoga saja dan aku yang masih merah jambu. Tentangmu yang sudah tak lagi sama dan tentangku yang masih sama. Tentang bintang laut yang ingin bersinar seperti bintang di atas sana, agar kau mau melihatnya. Tentang plankton yang masih dan selalu berusaha mencuri sekedar perhatian atau pandanganmu.
Saat aku diam dan menepi bukan berarti aku menyerah dan pasrah, aku hanya lelah dan butuh meneduh sejenak. Meski keteduhanku yang nyata adalah melihat senyummu. Aku tidak mau hypothermia dengan sikapmu yang semakin dingin itu, aku pergi mencari surya untuk mengembalikan kehangatan itu untukmu. Aku masih ingat kala itu kita begitu hangat, tenggelam dalam ruang yang seolah kita jaga. Entah, mungkin aku yang terlalu perasa, mungkin hanya aku yang menjaga “kita” iya aku, dan entah kamu.
 Sepi dan kehilangan senyumku seakan ketergantungan dengan hadirmu. Aku ingin menjadi rumah tempat kamu selalu pulang, bukan sekedar parkir sejenak. Meskipun kita tidak pernah saling menggenggam, meski tidak saling berpandangan namun rasa ini nyata. Hangat, sehangat martabak manis yang pernah kita beli. Sejuk, dan menenangkan seperti elegi angin pantai di senja hari. Akupun tahu kau masih abu dan terkadang dingin dan keras seperti es batu, namun entah di sudut yang lain aku merasa kita telah dekat, sedekat saat aku memboncengmu -_- tidak, lebih dekat lagi.
Jemari ini akan terus mencoba menyentuh hatimu yang masih dingin, kaki ini akan selalu kuat dan tegap melangkah menuju anganmu. Mencoba meyakinkanmu untuk membuka tirai itu, untuk kau yang masih mengintip dibalik tirai. “kenapa aku?” itu yang selalu kau katakana dan aku hanya tau untuk menjawab karena beginilah kata hatiku. Mungkinkah ini cinta? tapi aku tak mau bilang sperti itu terlalu dini , aku tak mau kau menganggapku pria yang dengan mudahnya berkata cinta pada setiap wanita. Aku tak seperti itu, aku hanya keras kepala untuk yang benar-benar aku ingini. Iya dan untukmu pun.
Ya, mungkin memang aku belum mengenalmu lebih jauh, mumgkin juga masih ada sisi tersembunyi darimu yang belum sempat atau bahkan tidak ingin kau tunjukkan sekarang. Tapi jika aku sudah menyukai sisi yang pernah kau tunjukkan maka aku juga akan menyukai sisi yang mungkin belum kau tunjukkan itu. Aku hanya bisa berkata di dunia yang maya ini, namun perasaan ini bukan maya,rasaku nyata seprti adanya tulisku.
Kau tahu Na, mbob.., atau yang harus ku sebut kuning, nona menyebalkan, nona gumiho atau apalah itu aku ingin aku jadi alasan kamu tersenyum setiap harinya dan kamu adalah alasanku tersenyum setiap harinya. Meski kau menyebalkan dan entah kau memperhatikanku atau tidak, aku tidak peduli. Aku hanya tahu untuk mengagumimu, merindumu, menyukaimu, menstalkmu dalam diam dan dalam tulisku.
Ah,, bagaimana kamu sudah yakin dengan aku? Atau malah kamu semakin mau muntah dengan tulisan-tulisanku? Aku ini hanya orang bodoh yang hanya tau menulis gak jelas dan cenderung lebay tidak, aku bukan orang lebay hanya saja aku ekspersif dan sok romantis. Namun aku akan menjadi termangu gagu saat didekatmu dan sesekali bercanda garing untuk mencairkan suasana yang beku itu. Aku memang pandai berbicara karena pekerjaanku menuntut seperti itu, namun aku tidak pernah pandai bicara dengan wanita yang diam-diam sudah jadi segala-galanya dalam kepala, iya kamuuu…. Yang sedang senyum-sendiri itu…

Aku ingin jadi kakakmu yang melindungimu dan meneduhkanmu meskipun aku tak pernah ingin kamu panggil kakak karena akupun tak pernah merasa mirip ataupun jadi murid biksu thong kecuali kau ingin jadi adik ke-2 hahaha. Aku ingin jadi kekasihmu yang akan berbagi senyuman, tawa, suka, duka bersama meski aku tak akan selalu disampingmu. Aku akan jadi paluhmu saat kau ingin menangis karena dunia yang menyesakkanmu. Tanganku akan jadi genggamnmu saat kau merasa lelah dengan bisingnya dunia. Aku akan jadi sandaranmu untuk mengarungi hiruk pikuknya hidup. Aku tidak akan membiarkanmu merasa sendiri. Dan aku hanya akan jadi merpati putih itu yang katanya akan berubah jadi phoenix suatu hari nanti. Dari si Merah Jambu yang selalu mengintipmu di balik batu dan yang selalu menunggumu di ladang ubur-ubur.

Kamis, 18 Desember 2014

Catatan Si Kuning



Catatan Si Kuning
Aku masih tidak tahu apa-apa, sia-sia saja mencari kehampaan tanpa tangan. Lelah aku dalam penantianku yang  tak jua berujung. Banyak yang ingin berlabuh namun aku tak mau bila sekedar tempat bersandar sementara. Banyak penghibur di sini layaknnya si merah jambu itu yang tiba-tiba datang menyilaukan dan mencolok mata. Seperti pahlawan kesiangan yang datang menyelamatkan putri cantik ini. Dialah merah jambu yang dengan tingkah konyolnya dan akulah si kuning dengan keceriaan dan tawa di setiap hariku. Semua berlalu begitu saja dan sepertinya aku mulai ikut dan larut dalam cerita yang seolah dia sekemakan.  Kata-katanya , ungkapnya, tingkahnya itu seolah sudah mengenal lama saja. Tidak ada sekat atau kawat berduri yang menghalangi. Besok adalah 7 Desember dan aku penasaran siapa yang akan mengucapkan pertama kali dan siapa pula yang masih ingat hari kelahiranku besok. Pagi yang membuat setiap mahkluk yang bernafas akan jadi ogah bangun benar saja, dingin, hujan lebat di luar sana. Ah… Siapa pula ini 7 pesan masuk dan “selamat ulang tahun” itulah isinya, pesona putri cantik ini tak kan terlupakan, hehe. Tidak ada si merah jambu itu, iya mana mungkin dia tahu aku tak pernah memberi tahunya dan akupun tidak pernah menuliskan di medsos manapun yang aku punya. “tok…tok..tok” siapa pula lagi itu pagi-pagi buta dan hujan begini sudah menamu. “Ya,,, sebentar”, ku langkahkan kaki dengan malasnya. Sial tidak ada orang di luar, “eh” bungkusan apa ini didepan pintu mencurigakan-,- . “Dear si Kuning” ini untukku siapa pula yang dipanggil kuning selain aku,  dan lagi siapa pula yang mengirimkan ini selain si merah jambu-_-!. “Hah” darimana pula dia tahu kalau hari ini ulang tahunku. Pasti dia ngestalk akunku, menyebalkan, sok sweet banget ini.  Dan benar saja kurang kerjaan banget ya dia, hujan-hujan gini  mau-maunya nganterin kesini. Tapi aku suka, iya cewek mana yang gak suka di kasih hadiah. “ting,ting” sms dari siapa lagi ini, Mungkinkah? Dia? Yah memang belakangan sikapnya lebih lebih sering menggodaku dan banyak ngegombal-_-. Aku mulai bingung menaggapi ini kau bahkan masih belum tahu aku yang sesungguhnya. Terkadang saat aku tersenyum terselip sejuta makna dalam senyumku itu namun hanya terselip satu makna saat aku tertawa dan  kau memang lebih banyak membuat tawa itu. Tuhan,,, berikan aku petunjukmu. Mungkin hati ini memang mulai tersentuh, namun hati belum sepenuhnya sembuh dari luka masa lalu. Aku butuh waktu lebih lama untuk kembali membuka hati yang rapuh ini. Sejenak aku terpaku dalam keheningan meninggalkan keramaian dan kehangatan. Aku lelah aku hanyut dalam kehampaan hari, Aku berkilah dan sembunyi dibalik tirai ini dari hangatnya mentari dari silaunya si merah jambu itu dan semuanya.
 Apa ini, sebuah surat?
“Dear : Nona Nyebelin
Mungkin saat kau membacanya aku telah pergi jauh dari sini, yah, aku pergi meninggalkan semua. Satu-satunya yang tak pernah ku tinggalkan adalah rasaku untukmu. Hasrat untuk ingin bersamamu namun kau hanya terdiam tak pernah ku tau isi hatimu yang sesungguhnya. Jangan pasang muka seperti itu, kau tidak cantik kalau sperti itu. Masih banyak bintang yang bisa kau ajak nangkap ubur-ubur dan makan di krusty krab meski tak sekece bintang laut yang satu ini. Aku pergi bukan karena aku kalah dan menyerah. Aku pergi untuk kembali aku akan jadi merpati putih itu, meski bukan kuda putih bersayap yang kau tunggu-tunggu. Aku akan kembali untuk mempertanyakan cinta yang tertunda. Always been you.”
  Tuhan… apalagi ini???
“Untuk Tuan Yang Sok Sweet
Aku yakin kita sudah bersama dalam waktu yang hampir mendekati, namun tidak saat ini. Bodoh kenapa kau pergi, apa yang bisa kau lakukan? Dan kau akan pergi kearah yang berlawanan saat aku mulai dingin dan membiarkan aku membeku seperti itu? Apa kamu bilang? Paling kece? PD banget ngomongnya. Selain nyebelin, bodoh, pemalas ternyata kau pun berbakat untuk jadi kepala besar. Aku tidak berjanji akan menunggumu lama-lama jika kau tak segera kembali. Mungkin putri cantik ini akan bertemu dengan pangeran berkuda putih bersayap itu dan kau akan segera menyesali kepergianmu setelah itu. Dan aku tidak menunggu pertanyaan bodohmu yang akan kau katakana aku menunggu kau kembali untuk meruntuhkan tembok  ini.”

Dan lalu kemana aku harus mengirim ini? Kau bahkan tidak memberi alamatmu, kenapa juga kau tidak pernah lagi menghubungiku, untuk sekedar memberikan nomermu yang baru. Kau memang bodoh, bodoh, bodoh!!! Meski kadang aku merasa ada yang selalu memperhatikanku di balik karang-karang itu, itu kamu kan?

Selasa, 16 Desember 2014

Catatan Merah Jambu



Coretan Merah Jambu
Termenung dibawah cahaya bintang yang melayang di atas keheningan menunggu purnama yang tak jua datang. Sama seperti si merah jambu ini yang menunggu si kuning yang sedang asyik dengan dunianya. Menunggu dalam ketidakpastian dan kesabaran. Candanya yang tak pernah basi dan berhasil membuat terbahak mendengarnya meski terkadang menyakitkan hati dan menjengkelkan dan meski tak pernah marah dengan itu semua. Senyumnya yang melelehkan, menghanyutkan layaknya banjir bandang. Senyum yang menjadikan lemah tak berdaya senyuman itu pula yang membuatku semakin kuat menghadapi masalah ini. Meski terkadang ketidakpeduliannya membuat merasa seperti kerikil kecil di depannya. Detikpun berganti dan kitapun semakin dekat seperti sepasang merpati yang selalu terbang dan berdahan bersama. Dan terkadang seperti Tom n jerry yang saling menjengkelkan namun tetap tegar berdiri walau terkadang saling menyakiti. Dan terkadang seperti Patrick dan Spongebob yang selalu bersama menangkap ubur-ubur. Si Patrick star merah jambu yang selalu bersedia menunggu untuk si kuning Spons kembali entah dari mana. Dialah si kotak ceria yang tetap sabar menghadapi kebodohan si bintang yang tiada ujungnya. Indah memang jalan yang kita lalui ini perbedaan yang membuktikan kalau kita saling melengkapi, persamaan yang menyatakan kalau kita ini tak jauh beda. Rasa yang perlahan mulai tumbuh lebih dari pertemanan, perhatian yang perlahan mulai menjadi hati. Si merah jambu yang mulai terbakar melihat si kuning membagi waktunya dengan yang lain. Hati yang mulai resah saat berjauhan. Perasaan yang jadi lebih lembek dan mudah merasa tersakiti dan tidak terpedulikan. Si merah muda yang akhirnya mengakui telah jatuh hati pada si kuning. Dan terkadang si kuning pun memberikan isyarat yang menyamakan. Namun terkadang sikap si kuning yang biasa saja membuat si merah muda jadi dilema. Sampai si kuning berkata kalau dia lelah untuk menunggu lebih lama. Entah itu gurauan atau ungkapan hatinya, yang selalu marah jika dibilang pembohong. 7 Desember akhirnya tekad si merah jambu pun sudah membatu untuk mengungkapkannya. Sekema yang sudah di pikir berulang-ulang, bahan-bahan yang sudah terpilihkan untuk memperkuat strategi dan kemantapan hati yang meninggi. Langit seolah tak mendukung skema si merah muda ini, gumpalan awan itu perlahan jatuh membasahi bumi sejak dini hari. Ujian untuk si merah muda yang akan datang pagi buta untuk mengetuk rumah nanas si kuning yang yang mungkin masih terlelap dan malas bangun karena hujan lebat ini. Benar saja tanpa menghiraukan langit itu dia menerjangnya dan mengetuk rumah nanas itu sembari meletakkan surat dan bingkisan aneh lalu meninggalkannya begitu saja, walau sebenarnya mengintip dibalik karang dan menunggu si kuning mengambilnya. Ya 7 Desember adalah hari kelahiran si kuning kejutan sukses meski si kuning tau kalau itu dari si merah jambu dan menciyekan tindakan si merah jambu yang sampai segitunya. Dan sedikit terungkaplah perasaan si merah jambu namun si kuning terihat bimbang dia mengiyakan saja perasaan si merah jambu namun ada seringai tak pasti di wajahnya. Dengan langkah yang gontai si merah muda pulang dengan hampa dengan perasaan yang tak menentu. Si merah muda pun terkaget melihat ekspresi si kuning yang tak biasa dan lebih banyak diam. Semenjak itu mereka pun lebih banyak diam dan tak seperti biasanya.  Si merah muda pun hanya bisa terdiam dan seolah tidak tau apa-apa. Meski hatinya juga kecewa. “Senyum itu tak lagi untukku, dan bahkan tak untukku, apalah aku ini” bait yang selalu terniang dalam benaknya. Si kuning pun mulai menjauh dan si merah muda pun hanya bisa berdiam di rumah batunya sambil melihat dari kejauhan rumah nanas yang terlihat rapi, indah, kokoh yang bertolak belakang dengan batu yang ditinggalinya. Perlahan ia pun mulai menyadari kalau dia bukan yang terbaik untuk si kuning meski tau kalau dia juga bukan pilihan yang salah untuk si kuning. Namun si merah muda percaya kalau mereka akan bertemu lagi suatu saat nanti. Dan si merah jambu pun memutuskan untuk pergi. Dan berpamitan lewat surat merah jambu yang di jepitkannya didepan rumah si kuning.
“Dear : Nona Nyebelin
Mungkin saat kau membacanya aku telah pergi jauh dari sini, yah, aku pergi meninggalkan semua. Satu-satunya yang tak pernah ku tinggalkan adalah rasaku untukmu. Hasrat untuk ingin bersamamu namun kau hanya terdiam tak pernah ku tau isi hatimu yang sesungguhnya. Jangan pasang muka seperti itu, kau tidak cantik kalau sperti itu. Masih banyak bintang yang bisa kau ajak nangkap ubur-ubur dan makan di krusty krab meski tak sekece bintang laut yang satu ini. Aku pergi bukan karena aku kalah dan menyerah. Aku pergi untuk kembali aku akan jadi merpati putih itu, meski bukan kuda putih bersayap yang kau tunggu-tunggu. Aku akan kembali untuk mempertanyakan cinta yang tertunda. Always been you.”
To be continued...