Mungkin begini rasanya
Bernafas dan memandang udara
Aku lelah dengan ini awan
Menipu pandangku tentang masa depan
Bersanding dengan kehampaan tak bertangan
Bergelagat malaikat cemerlang nan rupawan
Sejenak kau ulur angan
Sekejap kau dalam genggaman
Terang lalu remang
Datang lalu hilang
Dan pulang tak bergandeng
Hangat namun beku pada akhirnya
Hangat dan akhirnya mengabu
Kata Saya
Selasa, 10 Februari 2015
Minggu, 25 Januari 2015
Faith
Minggu 25 Januari 2015,
Senja ini mengiringi tulisan ini. Kelabu yang menghiasi, semburat kuning yang
mulai pudar terhalang abu di atas sana. Angin senja yang semakin meneduhkan,
rintihan air yang mulai jatuh perlahan mengingatkan akan memori tentangmu.
Hilang lenyap perlahan memudar warnamu, entah apa yang telah kulakukan. Apa kau
berniat membuatku hypothermia dengan dinginmu itu? Dan akan memumikanku seperti
“pharaohmu” terdahulu. Teringat saat terakhir kita beradu sajak.
Ket K ; Kuning - M ;
merah jambu
K : Sudahlah kau
menyerah saja.
M : Iya saat aku sudah
ingin dan DIA yang nyuruh.
K : Bodoh, keras
kepala!!!
M : Biarkan kebodohan
ini yang meyakinkanmu.
K : Apa yang kau cari
dariku?
M : Aku mencari
serpihanku dalam dirimu.
K : Kata-katamu itu
sama saja dengan mereka pada awalnya.
M : Tidak, aku tidak
sama dan tak pernah sama sampai pada akhirnya.
K : Kenapa aku harus
percaya?
M : Karena aku adalah
aku bukan mereka.
K : Apa yang bisa kau
lakukan?
M : Aku bisa membuatmu
tertawa.
K : Bangaa?? Cukupkah dengan
hanya itu? Aku ingin lebih
M : Aku tidak berjanji
akan membawakan semua inginmu, aku akan berusaha melakukannya sampai batasku,
tidak , bahkan lebih dari mampuku.
K : Kau mampu? Kau sanggup?
Aku tak seindah ungkapmu, mungkin kita sudah dekat, tapi keyakinanku tlah lama
redup dengan omong kosong dan pintuku tlah lama menutup dan mengunci.
M : Aku akan
melakukannya, menerangkannya dan membukanya, aku tak bisa membantu semua
masalhmu tapi aku akan selalu ada didekatmu di saat-saat itu.
K : Mengertilah, aku
lelah untuk mendengar, melihat dan percaya ada yang membawaku dari sini. Entah itu pangeran berkuda putihku,
ksatria pemberani, bahkan penjahat yang licik itu. Nyatanya tidak ada yang
mampu membawaku, melarikanku, dan menggandengku sampai akhir.
M : Aku yang akan
membawamu pulang dan menggandengmu sampai akhir.
K : Jangan membuatku
tertawa karenanya. Kau?? Siapa kau? Orang bodoh, pemalas, dan penggoda
sepertimu, membawaku? Pulanglah dan menyerah sajalah.
M : Aku akan tetap di
sini, aku memang bukan siapa-siapa. Aku hanya orang biasa yang ingin jadi yang
luar biasa setidaknya dalam pandangmu itu.
K : : )
Senin, 05 Januari 2015
Masih Merah Jambu
Ini masih tentangmu,
tentangku, tentang apa yang aku anggap kita. Tentangmu yang semoga masih
kuning, iya semoga saja dan aku yang masih merah jambu. Tentangmu yang sudah
tak lagi sama dan tentangku yang masih sama. Tentang bintang laut yang ingin bersinar
seperti bintang di atas sana, agar kau mau melihatnya. Tentang plankton yang
masih dan selalu berusaha mencuri sekedar perhatian atau pandanganmu.
Saat aku diam dan
menepi bukan berarti aku menyerah dan pasrah, aku hanya lelah dan butuh meneduh
sejenak. Meski keteduhanku yang nyata adalah melihat senyummu. Aku tidak mau
hypothermia dengan sikapmu yang semakin dingin itu, aku pergi mencari surya
untuk mengembalikan kehangatan itu untukmu. Aku masih ingat kala itu kita
begitu hangat, tenggelam dalam ruang yang seolah kita jaga. Entah, mungkin aku
yang terlalu perasa, mungkin hanya aku yang menjaga “kita” iya aku, dan entah
kamu.
Sepi dan kehilangan senyumku seakan
ketergantungan dengan hadirmu. Aku ingin menjadi rumah tempat kamu selalu
pulang, bukan sekedar parkir sejenak. Meskipun kita tidak pernah saling
menggenggam, meski tidak saling berpandangan namun rasa ini nyata. Hangat,
sehangat martabak manis yang pernah kita beli. Sejuk, dan menenangkan seperti
elegi angin pantai di senja hari. Akupun tahu kau masih abu dan terkadang
dingin dan keras seperti es batu, namun entah di sudut yang lain aku merasa
kita telah dekat, sedekat saat aku memboncengmu -_- tidak, lebih dekat lagi.
Jemari ini akan terus
mencoba menyentuh hatimu yang masih dingin, kaki ini akan selalu kuat dan tegap
melangkah menuju anganmu. Mencoba meyakinkanmu untuk membuka tirai itu, untuk
kau yang masih mengintip dibalik tirai. “kenapa aku?” itu yang selalu kau
katakana dan aku hanya tau untuk menjawab karena beginilah kata hatiku. Mungkinkah
ini cinta? tapi aku tak mau bilang sperti itu terlalu dini , aku tak mau kau
menganggapku pria yang dengan mudahnya berkata cinta pada setiap wanita. Aku
tak seperti itu, aku hanya keras kepala untuk yang benar-benar aku ingini. Iya
dan untukmu pun.
Ya, mungkin memang aku
belum mengenalmu lebih jauh, mumgkin juga masih ada sisi tersembunyi darimu
yang belum sempat atau bahkan tidak ingin kau tunjukkan sekarang. Tapi jika aku
sudah menyukai sisi yang pernah kau tunjukkan maka aku juga akan menyukai sisi
yang mungkin belum kau tunjukkan itu. Aku hanya bisa berkata di dunia yang maya
ini, namun perasaan ini bukan maya,rasaku nyata seprti adanya tulisku.
Kau tahu Na, mbob..,
atau yang harus ku sebut kuning, nona menyebalkan, nona gumiho atau apalah itu
aku ingin aku jadi alasan kamu tersenyum setiap harinya dan kamu adalah
alasanku tersenyum setiap harinya. Meski kau menyebalkan dan entah kau
memperhatikanku atau tidak, aku tidak peduli. Aku hanya tahu untuk mengagumimu,
merindumu, menyukaimu, menstalkmu dalam diam dan dalam tulisku.
Ah,, bagaimana kamu
sudah yakin dengan aku? Atau malah kamu semakin mau muntah dengan
tulisan-tulisanku? Aku ini hanya orang bodoh yang hanya tau menulis gak jelas
dan cenderung lebay tidak, aku bukan orang lebay hanya saja aku ekspersif dan
sok romantis. Namun aku akan menjadi termangu gagu saat didekatmu dan sesekali
bercanda garing untuk mencairkan suasana yang beku itu. Aku memang pandai
berbicara karena pekerjaanku menuntut seperti itu, namun aku tidak pernah
pandai bicara dengan wanita yang diam-diam sudah jadi segala-galanya dalam
kepala, iya kamuuu…. Yang sedang senyum-sendiri itu…
Aku ingin jadi kakakmu
yang melindungimu dan meneduhkanmu meskipun aku tak pernah ingin kamu panggil
kakak karena akupun tak pernah merasa mirip ataupun jadi murid biksu thong
kecuali kau ingin jadi adik ke-2 hahaha. Aku ingin jadi kekasihmu yang akan
berbagi senyuman, tawa, suka, duka bersama meski aku tak akan selalu
disampingmu. Aku akan jadi paluhmu saat kau ingin menangis karena dunia yang menyesakkanmu.
Tanganku akan jadi genggamnmu saat kau merasa lelah dengan bisingnya dunia. Aku
akan jadi sandaranmu untuk mengarungi hiruk pikuknya hidup. Aku tidak akan
membiarkanmu merasa sendiri. Dan aku hanya akan jadi merpati putih itu yang
katanya akan berubah jadi phoenix suatu hari nanti. Dari si Merah Jambu yang selalu mengintipmu di balik batu
dan yang selalu menunggumu di ladang ubur-ubur.
Kamis, 18 Desember 2014
Catatan Si Kuning
Catatan Si Kuning
Aku masih tidak tahu apa-apa, sia-sia saja mencari
kehampaan tanpa tangan. Lelah aku dalam penantianku yang tak jua berujung. Banyak yang ingin berlabuh
namun aku tak mau bila sekedar tempat bersandar sementara. Banyak penghibur di
sini layaknnya si merah jambu itu yang tiba-tiba datang menyilaukan dan mencolok
mata. Seperti pahlawan kesiangan yang datang menyelamatkan putri cantik ini.
Dialah merah jambu yang dengan tingkah konyolnya dan akulah si kuning dengan
keceriaan dan tawa di setiap hariku. Semua berlalu begitu saja dan sepertinya
aku mulai ikut dan larut dalam cerita yang seolah dia sekemakan. Kata-katanya , ungkapnya, tingkahnya itu
seolah sudah mengenal lama saja. Tidak ada sekat atau kawat berduri yang
menghalangi. Besok adalah 7 Desember dan aku penasaran siapa yang akan
mengucapkan pertama kali dan siapa pula yang masih ingat hari kelahiranku
besok. Pagi yang membuat setiap mahkluk yang bernafas akan jadi ogah bangun
benar saja, dingin, hujan lebat di luar sana. Ah… Siapa pula ini 7 pesan masuk
dan “selamat ulang tahun” itulah isinya, pesona putri cantik ini tak kan
terlupakan, hehe. Tidak ada si merah jambu itu, iya mana mungkin dia tahu aku
tak pernah memberi tahunya dan akupun tidak pernah menuliskan di medsos manapun
yang aku punya. “tok…tok..tok” siapa pula lagi itu pagi-pagi buta dan hujan
begini sudah menamu. “Ya,,, sebentar”, ku langkahkan kaki dengan malasnya. Sial
tidak ada orang di luar, “eh” bungkusan apa ini didepan pintu mencurigakan-,- .
“Dear si Kuning” ini untukku siapa pula yang dipanggil kuning selain aku, dan lagi siapa pula yang mengirimkan ini
selain si merah jambu-_-!. “Hah” darimana pula dia tahu kalau hari ini ulang
tahunku. Pasti dia ngestalk akunku, menyebalkan, sok sweet banget ini. Dan benar saja kurang kerjaan banget ya dia,
hujan-hujan gini mau-maunya nganterin
kesini. Tapi aku suka, iya cewek mana yang gak suka di kasih hadiah.
“ting,ting” sms dari siapa lagi ini, Mungkinkah? Dia? Yah memang belakangan
sikapnya lebih lebih sering menggodaku dan banyak ngegombal-_-. Aku mulai bingung
menaggapi ini kau bahkan masih belum tahu aku yang sesungguhnya. Terkadang saat
aku tersenyum terselip sejuta makna dalam senyumku itu namun hanya terselip
satu makna saat aku tertawa dan kau memang
lebih banyak membuat tawa itu. Tuhan,,, berikan aku petunjukmu. Mungkin hati
ini memang mulai tersentuh, namun hati belum sepenuhnya sembuh dari luka masa
lalu. Aku butuh waktu lebih lama untuk kembali membuka hati yang rapuh ini.
Sejenak aku terpaku dalam keheningan meninggalkan keramaian dan kehangatan. Aku
lelah aku hanyut dalam kehampaan hari, Aku berkilah dan sembunyi dibalik tirai
ini dari hangatnya mentari dari silaunya si merah jambu itu dan semuanya.
Apa ini,
sebuah surat?
“Dear : Nona Nyebelin
Mungkin saat kau membacanya aku telah pergi jauh
dari sini, yah, aku pergi meninggalkan semua. Satu-satunya yang tak pernah ku
tinggalkan adalah rasaku untukmu. Hasrat untuk ingin bersamamu namun kau hanya
terdiam tak pernah ku tau isi hatimu yang sesungguhnya. Jangan pasang muka
seperti itu, kau tidak cantik kalau sperti itu. Masih banyak bintang yang bisa
kau ajak nangkap ubur-ubur dan makan di krusty krab meski tak sekece bintang
laut yang satu ini. Aku pergi bukan karena aku kalah dan menyerah. Aku pergi
untuk kembali aku akan jadi merpati putih itu, meski bukan kuda putih bersayap
yang kau tunggu-tunggu. Aku akan kembali untuk mempertanyakan cinta yang
tertunda. Always been you.”
Tuhan… apalagi ini???
“Untuk Tuan Yang Sok Sweet
Aku yakin kita sudah bersama dalam waktu yang hampir
mendekati, namun tidak saat ini. Bodoh kenapa kau pergi, apa yang bisa kau
lakukan? Dan kau akan pergi kearah yang berlawanan saat aku mulai dingin dan
membiarkan aku membeku seperti itu? Apa kamu bilang? Paling kece? PD banget
ngomongnya. Selain nyebelin, bodoh, pemalas ternyata kau pun berbakat untuk jadi
kepala besar. Aku tidak berjanji akan menunggumu lama-lama jika kau tak segera
kembali. Mungkin putri cantik ini akan bertemu dengan pangeran berkuda putih
bersayap itu dan kau akan segera menyesali kepergianmu setelah itu. Dan aku
tidak menunggu pertanyaan bodohmu yang akan kau katakana aku menunggu kau
kembali untuk meruntuhkan tembok ini.”
Dan lalu kemana aku harus mengirim ini? Kau bahkan
tidak memberi alamatmu, kenapa juga kau tidak pernah lagi menghubungiku, untuk
sekedar memberikan nomermu yang baru. Kau memang bodoh, bodoh, bodoh!!! Meski
kadang aku merasa ada yang selalu memperhatikanku di balik karang-karang itu,
itu kamu kan?
Selasa, 16 Desember 2014
Catatan Merah Jambu
Coretan Merah Jambu
Termenung dibawah cahaya bintang yang melayang di
atas keheningan menunggu purnama yang tak jua datang. Sama seperti si merah
jambu ini yang menunggu si kuning yang sedang asyik dengan dunianya. Menunggu
dalam ketidakpastian dan kesabaran. Candanya yang tak pernah basi dan berhasil
membuat terbahak mendengarnya meski terkadang menyakitkan hati dan
menjengkelkan dan meski tak pernah marah dengan itu semua. Senyumnya yang
melelehkan, menghanyutkan layaknya banjir bandang. Senyum yang menjadikan lemah tak
berdaya senyuman itu pula yang membuatku semakin kuat menghadapi masalah ini.
Meski terkadang ketidakpeduliannya membuat merasa seperti kerikil kecil di
depannya. Detikpun berganti dan kitapun semakin dekat seperti sepasang merpati
yang selalu terbang dan berdahan bersama. Dan terkadang seperti Tom n jerry
yang saling menjengkelkan namun tetap tegar berdiri walau terkadang saling
menyakiti. Dan terkadang seperti Patrick dan Spongebob yang selalu bersama
menangkap ubur-ubur. Si Patrick star merah jambu yang selalu bersedia menunggu
untuk si kuning Spons kembali entah dari mana. Dialah si kotak ceria yang tetap
sabar menghadapi kebodohan si bintang yang tiada ujungnya. Indah memang jalan
yang kita lalui ini perbedaan yang membuktikan kalau kita saling melengkapi,
persamaan yang menyatakan kalau kita ini tak jauh beda. Rasa yang perlahan
mulai tumbuh lebih dari pertemanan, perhatian yang perlahan mulai menjadi hati.
Si merah jambu yang mulai terbakar melihat si kuning membagi waktunya dengan
yang lain. Hati yang mulai resah saat berjauhan. Perasaan yang jadi lebih
lembek dan mudah merasa tersakiti dan tidak terpedulikan. Si merah muda yang
akhirnya mengakui telah jatuh hati pada si kuning. Dan terkadang si kuning pun
memberikan isyarat yang menyamakan. Namun terkadang sikap si kuning yang biasa
saja membuat si merah muda jadi dilema. Sampai si kuning berkata kalau dia
lelah untuk menunggu lebih lama. Entah itu gurauan atau ungkapan hatinya, yang
selalu marah jika dibilang pembohong. 7 Desember akhirnya tekad si merah jambu
pun sudah membatu untuk mengungkapkannya. Sekema yang sudah di pikir
berulang-ulang, bahan-bahan yang sudah terpilihkan untuk memperkuat strategi
dan kemantapan hati yang meninggi. Langit seolah tak mendukung skema si merah
muda ini, gumpalan awan itu perlahan jatuh membasahi bumi sejak dini hari.
Ujian untuk si merah muda yang akan datang pagi buta untuk mengetuk rumah nanas
si kuning yang yang mungkin masih terlelap dan malas bangun karena hujan lebat
ini. Benar saja tanpa menghiraukan langit itu dia menerjangnya dan mengetuk
rumah nanas itu sembari meletakkan surat dan bingkisan aneh lalu
meninggalkannya begitu saja, walau sebenarnya mengintip dibalik karang dan
menunggu si kuning mengambilnya. Ya 7 Desember adalah hari kelahiran si kuning
kejutan sukses meski si kuning tau kalau itu dari si merah jambu dan menciyekan
tindakan si merah jambu yang sampai segitunya. Dan sedikit terungkaplah
perasaan si merah jambu namun si kuning terihat bimbang dia mengiyakan saja
perasaan si merah jambu namun ada seringai tak pasti di wajahnya. Dengan
langkah yang gontai si merah muda pulang dengan hampa dengan perasaan yang tak
menentu. Si merah muda pun terkaget melihat ekspresi si kuning yang tak biasa
dan lebih banyak diam. Semenjak itu mereka pun lebih banyak diam dan tak
seperti biasanya. Si merah muda pun
hanya bisa terdiam dan seolah tidak tau apa-apa. Meski hatinya juga kecewa. “Senyum
itu tak lagi untukku, dan bahkan tak untukku, apalah aku ini” bait yang selalu
terniang dalam benaknya. Si kuning pun mulai menjauh dan si merah muda pun
hanya bisa berdiam di rumah batunya sambil melihat dari kejauhan rumah nanas
yang terlihat rapi, indah, kokoh yang bertolak belakang dengan batu yang
ditinggalinya. Perlahan ia pun mulai menyadari kalau dia bukan yang terbaik
untuk si kuning meski tau kalau dia juga bukan pilihan yang salah untuk si
kuning. Namun si merah muda percaya kalau mereka akan bertemu lagi suatu saat
nanti. Dan si merah jambu pun memutuskan untuk pergi. Dan berpamitan lewat
surat merah jambu yang di jepitkannya didepan rumah si kuning.
“Dear : Nona Nyebelin
Mungkin saat kau membacanya aku telah pergi jauh
dari sini, yah, aku pergi meninggalkan semua. Satu-satunya yang tak pernah ku
tinggalkan adalah rasaku untukmu. Hasrat untuk ingin bersamamu namun kau hanya
terdiam tak pernah ku tau isi hatimu yang sesungguhnya. Jangan pasang muka
seperti itu, kau tidak cantik kalau sperti itu. Masih banyak bintang yang bisa
kau ajak nangkap ubur-ubur dan makan di krusty krab meski tak sekece bintang
laut yang satu ini. Aku pergi bukan karena aku kalah dan menyerah. Aku pergi
untuk kembali aku akan jadi merpati putih itu, meski bukan kuda putih bersayap
yang kau tunggu-tunggu. Aku akan kembali untuk mempertanyakan cinta yang
tertunda. Always been you.”
To be continued...
Langganan:
Postingan (Atom)